Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

RAGA BASA: KERAJINAN TANGAN DARI BANJARSARI SAMIGALUH

$
0
0

Mengatasi sampah non-organik memang banyak cara, salah satunya  dengan membakar, mengubur di dalam tanah, atau mendaur ulang menjadi barang yang bernilai tinggi. Mendaur ulang atau mendaya alihkan fungsi sampah tersebut adalah solusi yang tepat.

Sementara itu warga di Banjarsari Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta sebagian besar pekerjaannya adalah petani yang bekerja bila dibutuhkan. Para istri juga banyak yang hanya di rumah tanpa menghasilkan sesuatu bagi rumah tangganya.

Hal tersebut yang mendorong para mahasiswa UNY yang tergabung dalam tim Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) untuk memberi pelatihan kepada warga Desa Banjarsari Kec. Samigaluh Kab. Kulon Progo Yogyakarta lewat program yang diberi judul RAGA BASA (Kerajinan Tangan dari Banjarsari Samigaluh) guna mengembangkan potensi SDM di Desa Banjarsari tersebut. Para mahasiswa tersebut yaitu Laila Wahyu Trimartanti (prodi Matematika), Nur Azmil Khoiroh, Berlian Puspa Hasanah Mekatronika), dan Mahuda Alhar Zuhri (Pendidikan Teknik Elektro).

Ketua tim, Laila, menjelaskan Program RAGA BASA ini bisa mengurangi limbah sampah dengan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai suplemen kerajinan utama dengan dibaluti berbagai bahan organik seperti pelepah pisang dan bambu yang akan membawa kesan natural, glamor dan tidak menghilangkan nilai budaya dari dusun Balong Enem, Banjarsari itu sendiri sehingga bisa mendatangkan wisatawan yang menyukai suasana asri khas Banjarsari dengan ciri khas RAGA BASA yang akan memikat penikmat wisatawan untuk sering berkunjung dan tidak lupa untuk membawa sovenir yang unik dan beraneka ragam.

“Kerajinan yang kami latihkan,” lanjut Laila, “meliputi pembuatan tempat pensil, gantungan kunci, vas bunga, asbak rokok dan hiasan rumah, serta tempat tisu. Untuk tempat pensil pembuatannya yaitu dengan bahan dasar botol bekas dipotong dan digabungkan lagi menggunakan resleting dan dililiti pelapah pisang yang sudah kering menggunakan lem hingga menutupi bahan dasar. Selanjutnya tahap pengecatan menggunakan cat plitur sehingga meninggalkan kesan natural dengan memanfaatkan barang-barang bekas non-organik.”

“Untuk gantungan kunci kami menggunakan bahan dasar sampah non-organik dengan lapisan bambu atau pelepah pisang kering dengan branding daerah Banjarsari. Diakhiri dengan pengecatan dengan cat plitur. Sedangkan untuk vas bunga yaitu dengan bahan dasar botol bekas yang dipotong sesuai kebutuhan dengan lapisan bambu maupun pelepah pisang yang sudah dikeringkan membentuk hiasan yang indah dilihat dan memberikan kesan khas daerah Banjarsari.”

Sementara itu untuk asbak rokok dan hiasan rumah terbuat dari bambu sebagai tempat asbak yang dibentuk menyerupai hewan-hewan lucu dengan bantuan kertas koran/kertas bekas yang dihancurkan dan dicampur dengan air, lem, semen putih/kapur sehingga bisa dibentuk sesuai keinginan. Lalu diakhiri dengan pengecatan dengan beraneka warna yang menghibur. Untuk tempat tissue dibuat dari bambu dan pelepah pisang yang sudah dikeringkan dan dihias semenarik mungkin. (witono N)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles