“Disadari atau tidak selama ini dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kita cenderung bertahan, karena sering kita dengar dorongan-dorongan yang ada malah menekankan kepada peserta didik bahwa dengan MEA akan banyak tenaga kerja asing yang masuk sehingga menambah persaingan dalam pekerjaan. Saya rasa yang harus ditanamkan kepada anak didik kita adalah MEA merupakan jalan pembuka untuk meniti karir pada skala internesional”, ujar Hudiyo Firmanto, Ph.D., Tim KKNI Belmawa Dikti saat memberikan paparan dalam Pembukaan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) “Revitalisasi Bidang ilmu Pendidikan Teknologi dan Vokasional” (10/05/2015) di UNY Hotel yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dan Asosiasi Pendidikan Teknologi Kejuruhan Indonesia (APTEKINDO).
“Memasuki MEA justru membuat lapangan pekerjaan lebih luas karena kesempatan meniti karir di negara lain terbuka lebar sehingga rasa optimis lah yang kita tebar pada anak bangsa ini,” imbuh Hudiyo.
Semiloka ini sendiri bertujuan untuk menghimpun pemikiran-pemikiran dalam upaya pembaharuan dan penguatan visi serta peran Pendidikan Teknologi dan Vokasional dalam meningkatkan mutu dan pendidikan guru vokasi di Indonesia.
Hudiyo Firmanto, Ph.D., menambahkan bahwa melalui event ini diharapkan dapat terumuskan capaian pembelajaran atau learning outcomes yang seragan untuk seluruh LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan) khususnya untuk pendidikan vokasi yang berlandaskan KKNI. “Capaian tersebut sangat penting sehingga kita bisa memberikan kualifikasi untuk para lulusan bangsa ini”, ujarnya.
“Kemudian mengacu KKNI, ada sembilan level mulai dari level pendidikan SMP hingga doktor namun perlu diingat pula pengakuan kualifikasi juga bisa diraih melalui jalur non-pendidikan formal seperti peningkatan karir di dunia kerja, belajar mandiri maupun peningkatan profesionalitas karena selama ini kita terus berkonsentrasi pada ranah formal”, bebernya.
“Terlebih dalam menghadapi MEA dan juga era global ini pengakuan tentang kualifikasi memang sangat dibutuhkan anak bangsa kita untuk bersaing”, imbuhnya.
Dalam pembukaan Semiloka ini juga menghadirkan Prof. Djemari Mardapi, Ph.D., guru besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang juga pernah menjabat sebagai Ketua BSNP. Prof. Djemari memaparkan mengenai perkembangan pendidikan teknologi dan vokasional dan juga sejarah pergeseran Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi bentuk universitas.
Hadir pula, Bahaaeldin Mohamed, Research Associate dari TU-Dresden, Germany yang sharing tentang pola dan implementasi kerangka kualifikasi di Eropa. (hryo)