Cerita ini diilhami epos Mahabarata yang difokuskan pada tokoh Gatutkaca yang dirundung kegelisahan antara memilih berdiam diri untuk keutuhan keluarga atau mendarmabaktikan jiwa raga demi rakyat dan negaranya. Sebagai seorang yang berjiwa satriya serta didukung restu dari pandawa serta Prabu Kresna maka Gatutkaca menyanggupi untuk menjadi Raja Pringgondani walaupun harus bertempur dengan pamannya sendiri, Kalabendana. Gatutkaca kemudian diberi gelar Prabu Anom Gatutkaca yang bersemboyan mengayomi, mencintai, dan melindungi rakyatnya dari tindak angkara murka.
Demikian sinopsis Pentas Wayang Bocah yang diselenggarakan oleh Prodi PG PAUD FIP, Rabu (6/5/2015). Acara ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis Ke-51 UNY. Para pemain Wayang Bocah ini adalah anak didik dari 2 TK Mitra yaitu TK Budi Mulia Sedayu dan TK Bina Anak Islam Kraypak. Acara didukung oleh Karawitan yang terdiri dari Mahasiswa PG PAUD dan team artistic, Gondhol Sumargiono, sebagai penata iringan.
Menurut Sutradara sekaligus Kaprodi PG PAUD FIP, Joko Pamungkas, M.Pd. acara ini merupakan upaya untuk mengemban amanah dalam mengembangkan generasi baru dengan berbasi kebudayaan lokal. Kegiatan Wayang Bocah ini merupakan wadah mengimplementasikan hasil teori dan konsep pembelajaran seni bagi calon guru terutama guru PAUD sehingga menambah kualitas seni budaya Indonesia.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Dekan FIP, Dr. Haryanto, M.Pd. yang mengharapkan agar acara ini dapat membangun pribadi berbasis budaya lokal. Wayang dapat digunakan sebagai media pendidikan karakter, telah dilupakan oleh sebagian besar kalangan terutama generasi anak-anak dan generasi muda, karena lebih banyak menggandrungi tokoh budaya asing yang berbasis teknologi modern.
Acara ini dihadiri pula oleh Ketua Panitia Dies Natalis ke-51 UNY, Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. serta Dekan FMIPA Dr. Hartono, M.Si. selaku tuan rumah penyelenggara Dies. Tampak pula orang tua dari para pemain Wayang Bocah dan penonton yang memenuhi Auditorium UNY antusias mengabadikan gambar. (ant)