Sosok sederhana ini mungkin sudah tidak asing lagi di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Rasman, alumnus Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) FBS UNY tahun 2014, merupakan sosok pemuda yang tak perlu diragukan lagi kiprahnya dalam dunia debat di English Debating Society (EDS) UNY dan penelitian semasa ia menjadi mahasiswa. Setahun berselang, perjuangannya untuk melanjutkan studi lebih tinggi akhirnya berbuah hasil. Setelah mengikuti berbagai tahapan seleksi yang sangat ketat, Rasman berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa Lembaga Pengembangan Dana Pendidikan (LPDP).
Adapun tahapan seleksi yang harus dilalui, antara lain seleksi administrasi, wawancara, dan Persiapan Keberangkatan. Rasman yang mengambil jalur Afirmasi tersebut telah mempersiapkan mimpinya untuk studi lanjut sejak lama. Adalah MA Teaching English as Foreign Languages (TEFL) University of Birmingham, Inggris, dan MA Teaching English to Speakers of other Languages (TESOL) Monash Univesity, Australia yang menjadi target studi lanjutnya. Kedua program tersebut merupakan yang terbaik untuk studi bidang pengajaran bahasa Inggris.
Tentu persiapan Rasman tidak bisa sehari-dua hari. Sebelum menjalani proses seleksi, putra pasangan Daldiri dan Surip tersebut mempersiapkan berbagai hal dengan matang, seperti pemantapan pilihan, pencarian universitas tujuan, dan pembuatan rencana yang rinci dan matang untuk melengkapi berkas yang dibutuhkan. “Kuncinya adalah membuat perencanaan sedetail mungkin, mencatat deadline aplikasi beasiswa, aplikasi S2, dan jadwal tes bahasa inggris (TOEFL/IELTS), serta buat target,” ungkap Mapres FBS 2014 tersebut.
Tiap proses seleksi merupakan hal yang sangat vital dalam “perburuan” mencari beasiswa. Setelah seluruh berkas yang dibutuhkan telah dipersiapkan dengan baik, seleksi wawancara pun juga butuh persiapan yang tidak main-main. Agar berhasil menembus seleksi wawancara, menjadi pribadi yang jujur dan percaya diri sangat diperlukan. Rasman membagi pengalamannya, “Jawab setiap pertanyaan dengan detil, jelas, dna lugas. Persiapan yang matang sebelum wawancara seperti membuat daftar pertanyaan yang mungkin keluar saat wawancara, akan membantu kita lebih percaya diri. Berdoa sebelum wawancara. Perbanyak ngobrol dan bercanda dengan peserta lain agar lebih rileks.”
Semakin tahun, jumlah pendaftar beasiswa LPDP semakin meningkat. Hal ini menyebabkan tiap kandidat penerima beasiswa harus semakin siap untuk bersaing menjadi yang terbaik. Kandidat yang memiliki kriteria yang sesuai dengan visi misi LPDP merupakan kandidat terkuat, yaitu yang bervisi-misi yang jelas dan terencana dan bermanfaat bagi bangsa. Agar tiap kandidat dapat memiliki visi dan misi yang kuat, sebelum mendaftarkan diri, ada beberapa poin penting yang perlu direnungkan.
“Tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar perlu S2? Apa rencana profesi atau karir ke depan? Seberapa besar kontribusi profesimu ke depan buat negara? Mengapa ambil universitas A, bukan yang lain? Selain itu yang penting juga adalah mengenali dirimu sendiri secara jujur dan objektif: apa kelebihan dan kekuranganmu,” pesannya.
Rasman mengakui proses perjuangan memperoleh beasiswa LPDP tidak mudah. Selain mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, ia harus membagi waktu untuk bekerja paruh waktu dan menjalani tes IELTS yang biayanya tidak sedikit. Namun, dukungan penuh yang tak hentinya mengalir dari keluarga, kerabat, dan sahabat mampu menguatkannya untuk menggapai mimpi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Semangat dan semoga sukses! (Zidnie Ilma)