Salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan di bidang pendidikan terlihat dari seberapa banyak persentase penduduknya yang mengenyam pendidikan. Perbandingan jumlah peserta didik pada jenjang tertentu dengan jumlah penduduk pada kelompok usia yang sesuai disebut dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). APK untuk pendidikan tinggi di Indonesia menurut data BPS masih termasuk kecil yakni 23.06 % pada tahun 2013. Pemerintah melalui Kemendikbud berusaha untuk meningkatkan APK tersebut paling tidak hingga 35% di tahun 2015 ini dan 60% pada tahun 2045 nanti. Solusi yang memungkinkan untuk meningkatkan APK adalah penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Sistem PJJ memiliki fleksibilitas tinggi dan daya jangkau luas melintasi ruang, waktu, budaya, dan sosioekonomi.
Sistem ini memberikan akses pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Saat ini perguruan tinggi yang secara resmi ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh adalah Universitas Terbuka (UT). Pemerintah melalui berbagai program di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta pernah juga menyelenggarakan PJJ yang dikenal dengan Hylite dan PJJ PGSD serta yang terbaru adalah Kuliah Dalam Jaringan Indonesia Terbuka Terpadu (PDITT).
Demikian diungkapkan Prof. Herman Dwi Surjono, M.Sc., M.T., Ph.D. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Ilmu Pembelajaran Teknologi Informasi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Adaptive and Engaging E-learning: Inovasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Jarak Jauh” itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Rabu, 1 April 2015. Prof. Herman Dwi Surjono, M.Sc., M.T., Ph.D. merupakan guru besar UNY ke-128.
Pria kelahiran Sidoarjo 5 Februari 1964 tersebut mengatakan bahwa sejak tahun 2006, di UNY telah dikembangkan portal e-learning yang disebut BESMART dan mulai saat itu BESMART telah digunakan oleh dosen dan mahasiswa secara bertahap untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Meski pemanfaatannya hingga kini masih belum optimal, BESMART ini telah memperoleh penghargaan dari Depdiknas Republik Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 sebagai portal e-learning terbaik tingkat nasional.
“Sistem e-learning yang ada sekarang ini umumnya memberikan presentasi materi pembelajaran yang sama untuk setiap pengguna karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua pengguna adalah homogeny,” ungkap Prof. Herman Dwi Surjono, M.Sc., M.T., Ph.D. “Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang maupun yang lainnya.”
Oleh karena itu, menurut warga Perum Jambusari Indah, Sleman, Yogyakarta tersebut, seorang pengguna e-learning ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat dan akibatnya efektivitas pembelajaran tidak optimal. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan e-learning adaptif karena sistem ini dapat menampilkan halaman web sesuai dengan karakteristik individu, berorientasi pada kelompok pengguna yang lebih luas, dan memberikan navigasi untuk membatasi keleluasaan pengguna dalam mencari informasi.
Untuk dapat berfungsi seperti itu, sistem e-learning adaptif memiliki komponen utama antara lain domain model, user model, dan adaptation model. E-learning yang adaptif terhadap berbagai variasi latar belakang peserta didik menjadi sangat penting untuk diimplementasikan dalam pendidikan jarak jauh utamanya dalam situasi di mana sumber belajar digital sangat berlimpah di dunia maya.
Menurut doktor dari Information Technology Southern Cross University Australia tersebut, e-learning adaptif terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY. “Dalam hal ini telah dikembangkan e-learning adaptif berbasis gaya belajar, pengetahuan, dan multimedia dengan materi Elektronika Analog untuk satu semester” ungkapnya.
Dalam penelitian eksperimen selama 9 minggu dan melibatkan 67 mahasiswa, diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar mahasiswa pengguna e-learning adaptif terbukti lebih baik dibanding non-adaptif. Adaptasi berbasis pengetahuan, gaya belajar dan multimedia dalam e-learning adaptif terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa. Dalam penelitian lanjutan terbukti pula bahwa hasil belajar menjadi lebih baik apabila gaya belajar dan kesukaan multimedia seseorang secara nyata sesuai dengan apa yang disajikan dalam e-learning adaptif. (Dedy)