Savana identik dengan Afrika. Namun ternyata di Indonesia juga terdapat savana atau padang rumput yang hampir mirip dengan savana yang ada di Benua Afrika. Daya tarik ekologi savana ini menarik minat mahasiswa Biologi FMIPA UNY untuk melihat dan mengobservasi makhluk hidup serta interaksinya yang ada di Savana Bekol, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Observasi ini dilakukan oleh enam mahasiswa biologi dalam rangka studi ekskursi belum lama ini yang bertujuan untuk melihat komposisi vegetasi yang ada, karena bertahun-tahun terakir savana Bekol sudah terinvasi oleh akasia sehingga jumlah vegetasi rerumputan di sana semakin berkurang.
Enam mahasiswa tersebut adalah Marianda Galih Subekti, Deswi Qur’ani, Ria Dewi Dili Hastuti, Dina Chaerunnisa, Neni Setiana, dan Azizah Dila Novianti dengan dosen pendamping dr. Tutiek Rahayu, M.Kes., Triatmanto, M.Si., dan Paramita C.K ., M,Sc.
Neni Setiana menjelaskan, observasi dilakukan di enam plot yang masing-masing berjarak 150 m dengan luas 100m2. Enam plot ini mewakili ekosistem savana di mana tiga plot dengan pohon berkayu/akasia, dan tiga plot tanpa pohon akasia. Tiap plot dilihat keanekaragaman jenis vegetasi dan hewan yang ada, serta mengukur komponen abiotik seperti suhu udara, intensitas cahaya, pH tanah, kelembaban tanah dan kecepatan angin.
Salah satu komponen abiotik yang dapat terukur adalah suhu udara, di mana suhu di kawasan savana yaitu 37,8ºC. Hal tersebut berarti kawasan Savana Bekol sangat panas atau suhunya tinggi yang biasanya menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2ºC—30,9º C saja. Keadaan tersebut terjadi kemungkinan karena kondisi sekarang yang telah mengalami perubahan musim secara drastis.
Sementara itu Dili menjelaskan, keanekaragaman vegetasi berkayu di savana tersebut juga rendah,. Hal itu disebabkan karena hampir semua vegetasi berkayu di savana merupakan spesies invasif seperti spesies akasia, sehingga tingkat hidupnya masih rendah. Selain itu, suhu yang cukup tinggi juga merupakan salah satu faktor rendahnya tingkat keanekaragaman vegetasi berkayu di savana. Berbeda halnya dengan rerumputan yang tingkat keanekaragamannya tinggi, hampir 70% lantai savana tertutup oleh rerumputan.
Di pihak lain, keanekaragaman hewan di savana juga masih rendah. Hanya serangga yang mendominasi daerah tersebut, selain rusa dan kerbau. Hewan-hewan yang hidup di savanna merupakan hewan yang bisa beradaptasi dengan faktor abiotik yang ada seperti serangga yang tahan terhadap cekaman suhu dan panas, atau kerumunan rusa yang memang makanan utamanya adalah rerumputan. (Azizah DN/witono)