Pengabadian momentum perpisahan kepengurusan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) lebih terkenang dengan gelaran acara yang melibatkan kolektivitas. Karenanya, BEM FBS 2014 kabinet Serawung mengadakan “tutup pintu” kepengurusannya bernama Pentas Sayonara Kita (PSK). Helatan akhir yang diadakan pada awal Desember 2014 hingga pertengahan Januari 2015 itu menyinergikan elemen olahraga, seni, dan budaya; yang kemudian diadakan acara berupa: Kompetisi Futsal se-UNY, Lomograf (Lomba Fotografi dan Poster), Tribute to Chrisye, dan titik akhir yang menampilkan Teater Makunta (kolaborasi komunitas teater Mishbah, Relung, Maintenance, dan Bengkak; serta koreografi dan musik). Tepat pada 16 Januari 2015 di Stage Tedjokusumo, FBS, UNY, BEM FBS resmi pisah sambut pada khalayak.
BEM FBS yang membawa misi “Turun tangan bersama membangun FBS secara kekeluargaan” ini telah menjalankan roda organisasinya selama kurang lebih satu tahun—terhitung sejak dilantiknya pada awal 2014. Oleh karena itu, di akhir kepengurusannya, BEM FBS mencoba menggarap pementasan teater yang naskahnya ditulis sendiri oleh Aulia Husna S. (seorang Sekretaris BEM FBS yang juga sebagai sutradara itu). Naskah itu diperankan oleh para mahasiswa yang notabenenya pengurus BEM dan Mahasiswa Baru (Maba) 2014. Aulia menegaskan bahwa proses kreatif itu diharapkan menjadi sajian terakhir BEM FBS kepada masyarakat UNY. “Dari kita untuk kita,” tegasnya.
Naskah tersebut bergenre surealisme. Sebagai sang penulis naskah, Aulia memberi judul “Merah”; sebab kisah di dalamnya berkaitan dengan warna merah. Isi naskahnya kurang lebih demikian: syahdan di negeri Makunta hiduplah seorang raja yang tamak. Ia diditemani oleh beberapa Petugas Kerajaan (PK) yang setia tiada tara untuk siap diperintah kapan pun jua. Suatu ketika, sang raja kebingungan karena tatkala mengadakan upacara dalam rangka memperingati ulang tahun kerajaan warna “merah” yang seharusnya ada di bendera tiba-tiba tak ada. Ia memerintahkan segenap rakyat dan PK-nya untuk berkelana mencari warna merah dari sumber apapun.
Raja takut bila ia tak segera mengabarkan kepada kerajaan lain tentang upacara itu. Sebab, ia memunyai kepercayaan bahwa selain upacara sebagai peringatan ulang tahun, upacara sebagai ajang “pencitraan publik”. Singkat cerita, akhirnya penyebab tiadanya warna merah itu karena diambil oleh makhluk astral dari khayangan. Makhluk astral itu menyembunyikan warna merah lantaran sang raja tamak akan hartanya yang tumpah ruah itu.
Rully Pratama selaku wakil ketua BEM FBS 2014 menuturkan dalam sambutannya, “Semoga, apa yang dikreasikan BEM FBS dan teman-teman lainnya (Teater Makunta dan lain sebagainya) dapat menjadi tutup pintu kepengurusan BEM kabinet Serawung.” Selamat dan sukses! (Rony)