“Seni itu keindahan. Jika ada anak yang membuang sampah sembarangan, mereka belum belajar seni,” ungkap Dik Doank di Seminar Internasional Seni Sastra yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Rabu (17/12/2014). Dalam Tema Meningkatkan Peran Seni dan Sastra Anak dalam Upaya Membukan Pendidikan Karakter di Indonesia, Dik Doank mengekspresikan interpretasi seni dalam kehidupannya dan cara ia membimbing perkembangan karakter anak-anak melalui seni.
Dik Doank mendirikan sekolah untuk anak-anak tidak beruntung di Jurang Doank. Sekolah ini menjadi tempat bermain bagi anak-anak, terutama untuk mengenali seni. Dik Doank menyulap alam menjadi media belajar bagi siswa. “Mereka melukis sambil duduk di tanah, tanah yang menjadi media belajar dan bersujud,” ungkapnya. Menurutnya, seni menjadi sarana anak untuk belajar, tidak hanya untuk mencintai alam namun juga untuk menyelami spiritualitas.
Hanya ditemukan di Jurang Doank, anak-anak belajar menggambar sosok setan dan bahkan bersama orang-orang berkostum setan. “Selama ini setan menjadi sosok yang menakutkan bagi anak karena konon berasal dari dunia gaib, padahal sebenarnya setan adalah keburukan yang kita lihat. Kesombongan adalah setan, kemarahan adalah setan, dengki iri adalah setan,” terang Dik. Duduk di “terasering” beton dengan pemandangan hijau, anak-anak diminta menggambar setan sesuai dengan imajinasi mereka masing-masing.
Dalam pelajaran di sekolah ini, anak-anak juga melukis melalui model langsung. Dik pernah mendatangkan kuda untuk dilukis anak-anak. Tukul, yang suatu hari berkunjung ke Jurang, pun rela menjadi objek lukisan mereka. Mereka pun belajar seni dari tempat mereka bermain. Barang rongsokan pun menjadi barang dengan nilai guna yang tinggi berkat kepiawaian Dik Doank dan murid-muridnya.
“Dunia anak-anak adalah dunia bermain, dalam bermain mereka belajar tanpa sadar dengan memanfaatkan segala potensi mereka yang ada,” Dik mengingatkan peserta tentang karakteristik anak-anak.
Jurang Doank yang menyatu dengan alam, eksterior yang apik, dan kegiatan-kegiatan dengan memanfaatkan pemandangan alami menjadi tempat mereka belajar. Sekolah alam yang tampak mengagumkan ini berawal dari pembangunan dalam jangka waktu panjang dan sempat mengalami jatuh bangun. Akhirnya, jurang ini dapat memberikan fasilitas bermain untuk anak-anak, dari studio musik sampai ruang teknologi komputer.
“Sekolah ini adalah perjanjianku dengan Allah. Aku minta ridho Allah untuk mendidik anak-anak orang lain. Sebagai perjanjian, aku mohon kepada-Nya untuk mendidik anakku langsung oleh-Nya,” ungkap Dik Doank mendefinisikan pengabdiannya untuk sekolah ini. Menurutnya, sekolah ini menjadi besar dan dilimpahkan rezeki karena ada niat baik dan ikhlas.
Untuk itu, ia mengajak peserta seminar, yang kebanyakan adalah calon guru, guna mengajarkan seni dalam arti sebenarnya kepada anak-anak; seni yang bersumber dari Tuhan, yakni lewat alam dan imajinasi anak-anak yang luar biasa. (Febi)