Salah satu mata kuliah yang ada dalam S2 Prodi Pendidikan Dasar tingkat magister adalah Praktik Pembelajaran. Mata kuliah ini sekilas sama dengan mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa keguruan program Sarjana (S1), namun tidak serta merta muatannya sama. Di program S1, mata kuliah ini sebagai wadah mahasiswa calon guru untuk dapat mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kependidikan sebagai tenaga kependidikan dengan terjun secara langsung di sekolah-sekolah untuk kemudian mendapatkan bimbingan dari pihak sekolah tentang proses belajar mengajar, administrasi dan lain sebagainya dengan pendampingan dari salah satu dosen. Berbeda lagi dengan mata kuliah Praktik Pembelajaran di program Magister Pendidikan Dasar ini. Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi ahli kependidikan yang dapat memberikan solusi dan menjadi model bagi sekolah-sekolah untuk bisa membenahi dan mengembangkan sekolahnya.
Tugas pokok dari praktikan di sini adalah menjadi model pendidik sehingga sebelum terjun ke lapangan mahasiswa diberikan bekal tentang teori-teori serta penegtahuan tentang pembelajaran, kemudian para praktikan membuat rancangan pembelajaran dalam diskusi forum kecil per kelompok yang telah dibagi dengan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah, yaitu Dr. Ali Mustadi, M.Pd. Setelah dilakukan perencanaan, mahasiswa terjun ke lapangan untuk dapat melakukan pembelajaran secara langsung dengan dihadiri oleh guru, rekan dan juga dosen pengampu. Terdapat ketentuan jumlah dalam praktik di kelas, yaitu minimal empat kali setiap mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa benar-benar memahami lapangan dan memberikan lebih banyak manfaat untuk skeolah serta mahasiswa semakin mengenal dan menemukan kendala-kendala serta keunikan-keunikan yang terjadi dalam kelas. Setelah semua mahasiswa telah selesai praktik, maka diadakan sebuah refleksi terjadwal di forum kelas.
Refleksi ini dipimpin langsung oleh dosen pengampu mata kuliah, dan dalam refleksi ini masing-masing mahasiswa menemukan berbagai kendala dan keunikan baik dalam diri siswa, proses pembelajaran, bahkan kondisi sekolah. Modus kendala yang ditemukan oleh para mahasiswa praktikan adalah perihal meja siswa. Di semua sekolah praktikan, meja dirasa menjadi kendala universal di mana ukuran dan berat meja yang tidak sesuai dengan fisik siswa. Meja terlalu besar dan terlalu berat sehingga siswa kesulitan untuk dapat menggeser atau mengubah posisi meja dan tempat duduknya, padahal dinamika kelas sangat dibutuhkan oleh siswa untuk dapat berinteraksi maksimal dalam kelompok serta membuat kelas tidak terpaut monoton.
Masalah lain yang dijumpai oleh mahasiswa adalah adanya gap di antara siswa yang mungkin tidak disadari oleh guru. Hal ini karena pembagian kelompok yang homogen, sehingga ketika kelompok hendak dirombak oleh beberapa praktikan, siswa cenderung enggan untuk berpindah dalam kelompok baru, dan masih banyak lagi yang ditemukan di lapangan untuk dapat diberikan solusi kepada pihak sekolah bahkan ke dinas pendidikan.
Selain kendala-kendala yang ditemukan, para praktikan juga telah berhasil memberikan beberapa inovasi dalam pembelajaran. Inovasi-inovasi tersebut dapat memberikan wawasan bagi guru serta para praktikan lain dalam forum refleksi, mulai dari cara melakukan pendekatan kepada siswa, melakukan pembimbingan, bahkan mencoba memahami karakter siswa per siswa. Berbagai cara dan inovasi tersebut telah menginspirasi baik praktikan, guru bahkan dosen pengampu. Di akhir-akhir refleksi Dr. Ali Mustadi, M.Pd. sempat melontarkan beberapa kalimat penutup, “Jika semua guru di Indonesia melakukan apa yang telah saudara-saudara lakukan saat ini, saya yakin pendidikan di Indonesia akan lebih baik lagi. It’s more than just a degree!” tutup beliau dengan slogan PPs UNY. (Lina W)