Inovasi makanan berbahan dasar bahan pangan lokal tempe koro benguk oleh Dwi Endah Suryaningtyas (P. Tata Boga, 2013), Dwi Sri Wahyu (Sastra Inggris, 2011), dan Arum Sari (Biologi, 2010) berhasil menembus juara II Bidang Makanan Tradisional pada Lomba Inovasi dan Teknologi Mahasiswa (LITM) 2014 Yogyakarta. Tim ini mengusung judul “Inovasi Bahan Pangan Lokal Tempe Benguk (Mucuna Pruriens) dalam Olahan Schotel sebagai Kudapan Khas Yogyakarta” untuk lomba tersebut.
Salah satu komoditas lokal di Yogyakarta adalah tanaman kacang koro benguk (Mucuna pruriens L.) yang banyak dibudidayakan di wilayah Sentolo, Kabupaten Kulonprogo. “Kandungan gizinya tidak kalah dengan kacang kedelai. Dari 100 g biji benguk terkandung 55 g karbohidrat, 130 mg kalsium, 200 mg fosfor, 2 mg besi, 70 SI vitamin A, 0,3 mg vitamin B1, dan 15 g air,” kata Dwi Endah.
“Sayangnya, kebanyakan warga baru sebatas memanfaatkannya sebagai besengek dan pengganti tempe bacem pada masakan tertentu saja. Hal ini menyebabkan daya jual tempe benguk masih rendah,” imbuh Arum Sari. Dilatarbelakangi oleh rendahnya daya jual tempe koro benguk itulah, tim ini mengolahnya menjadi kudapan ‘schotel’ yang biasanya terbuat dari macaroni atau pasta untuk meningkatkan nilai jual.
Produk schotel mereka dikenal dengan merk De Maurel Schotel. Sampai sekarang usaha yang dirintis sejak 2013 lalu masih terus dilanjutkan. “Bagi kami, rintisan usaha ini tidak hanya untuk berkompetisi di perlombaan melainkan juga berkompetisi di dunia wirausaha yang sebenarnya, sehingga kami bisa belajar lebih mandiri dan punya pegangan setelah lulus nanti,” ujar Dwi Sri.
Sampai saat ini, produk De Maurel Schotel terus dikembangkan dan diikutkan berbagai pameran pangan. Salah satu pameran terdekat yang akan diikuti adalah pameran makanan dan kuliner terlengkap Pesona Pangan Nusantara ke-9 di Jogja Expo Center pada 28 November sampai 2 Desember 2014 ini. (DR)