“Sejak penandatanganan sejumlah MoU antara Indonesia dan India di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ini adalah pertama kali MoU terwujud dalam kegiatan nyata di bidang pendidikan,” ungkap HE. Rizali Wilmar Indrakesuma, Duta Besar Indonesia untuk India tatkala memberikan sambutan di UNY Hotel, Minggu (12/10/2014). Dalam seminar exploratory Seminar between Indian and Indonesian Higher Institution (9—12/10/2014), universitas-universitas seluruh Indonesia berdiskusi tentang kegiatan kerjasama akademik yang bisa dilakukan bersama Jawarhalal Nehru University (JNU), salah satu kampus terbaik di India. UNY mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertemuan akademik antarbangsa ini sebab UNY dan JNU telah menjalin kerjasama sejak 2013.
India dan Indonesia memiliki kedekatan kultural dan historis sehingga berpotensi menjadi mitra kerjasama yang saling mendukung. Indonesia dan India memiliki banyak persamaan. Kebudayaan Hindu dan Budha mewarnai corak sejarah kedua bangsa. Budaya tulis Jawa banyak mengadaptasi bahasa Sansakerta dan sastra India. Kedua negara ini pun memliki kesamaan dalam hal keberagaman suku dan bahasa daerah. Selain itu, populasi kedua negara juga berada pada urutan runner-up. “India dan Indonesia adalah dua kekuatan di Asia. Kekuatan ini berasal dari tradisi intelektual yang sudah tumbuh sejak berabad-abad lalu dan kini mewariskan karakter manusia yang berbudaya dan bermental kuat,” terang Prof. Girijesh Pant, profesor di bidang studi Asia barat, yang meyakinkan tentang pentingnya hubungan antara kedua negara ini.
Seminar ini mendatangkan 12 pembicara dari JNU, UGM, dan UNY untuk mendiskusikan potensi kerjasama antara kedua negara. “Think big act small, baiknya kita mengerjakan hal-hal kecil yang bisa langsung dikerjakan,” saran Prof. Iwan Pranoto, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan besar Indonesia di India, mengarahkan jalannya diskusi. Kerjasama yang berpotensi antara Indonesia dan India antara lain penelitian berbasis budaya, teknologi informasi dan komunikasi, pertanian, teknik dan industri pertanian. Bahkan Fakultas Ilmu Sosial UNY pun menemukan adanya potensi kerjasama dalam bidang geografi politik, terutama tentang kajian daerah perbatasan. JNU juga menawarkan kerjasama dalam e-learning dan dokumentasi digital bahasa daerah.
“Namun kita tidak boleh menjadi penerima ilmu pengetahuan semata, kita juga harus terlibat dalam penciptaan ilmu pengetahuan yang baru,” ajak Iwan kepada akademisi Indonesia untuk belajar dari semangat inovasi yang dimiliki India, negara pesaing Cina dalam bidang teknologi. “Dari India, kita bisa belajar tentang penemuan-penemuan yang diciptakan untuk hal-hal sederhana karena sekarang sudah tidak zamannya high-cost research,” terang Iwan. Prof Anil Gupta dari JNU menyebutnya sebagai jugaad technology. Jugaad Technology adalah teknologi yang melibatkan pemikiran kreatif dan out of the box memberdayakan peralatan sederhana sehingga dapat mengurangi biaya produksi. “Kemiskinan atau ketiadaan biaya jangan sampai menghambat semangat berinovasi dan berkarya,” terang Anil Gupta.
Dalam agendanya, Dr. Gautam Kumar Jha, pakar budaya Indonesia dari JNU, serta Prof. Suwarsih Madya, Ph.D., Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Pengembangan UNY, duduk satu meja dalam diskusi panel berjudul “Opportunity for Student Collaboration”. Selain itu, Prof. Ira Bhaskar, pakar studi film dan budaya India menceritakan tentang persamaan ekspresi estetika antara budaya India dan Indonesia. Menariknya, Prof. Suminto A. Sayuti, seorang budayawan dan dosen UNY, hadir untuk menceritakan adaptasi Ramayana India dalam budaya Jawa namun di sisi lain menceritakan karakter Jawa yang masih tertanam dalam seni budaya ini.
Seminar ini dihadiri oleh 37 delegasi dari Bina Nusantara, Universitas Indonesia IAIN Bengkulu, ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Pontianak, Stain Salatiga, UIN Malaulana Malik Ibrahim lam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Bahangakara Surabaya, Universitas Janabadra, Universitas Kanjuruhan Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Agama Islam Ibrahim Situbondo. (Febi)