Globalisasi selain menghadirkan dampak positif hidup mudah, nyaman, murah, indah, juga mendatangkan dampak negatif yang menimbulkan keresahan dan penyesatan dalam bidang kesehatan. Hal tersebut biasa disebut sedentary life style atau gaya hidup sedentari, yaitu kebiasaan kehidupan seseorang yang tidak banyak melakukan aktivitas fisik (kurang gerak). Pada dasarnya gaya hidup itu ditentukan oleh masing-masing orang dan gaya hidup merupakan kebutuhan sekunder manusia yang dapat berubah tergantung jaman atau keinginan seseorang yang mengubahnya. Adapun dampak negatif dari gaya hidup tersebut adalah seperti: serangan jantung, stroke, diabetes, hipertensi, dislipidemia, dll.
Demikian disampaikan salah satu narasumber, Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, P.Fark., MARS, AIFO dalam salah satu seminar nasional Kesehatan Olahraga di Ruang Sidang Utama Gedung Pusat Layanan Akademik Fakultas Ilmu Keolahraagan Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (29/9/2014). Lebih lanjut Dowes menjelaskan bahwa olahraga selain berfungsi menurunkan berat badan juga bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran, menjaga tonus kulit, membentuk tubuh, serta menjaga kelenturan tubuh.
“Latihan beban merupakan stimulus yang luar biasa hebatnya untuk meningkatkan massa otot dan daya otot sekaligus memelihara otot, yang cenderung mengawali penurunan akibat diet sehingga bisa memaksimalkan penurunan lemak tubuh,” lanjutnya.
Seminar juga menghadirkan keynote speaker, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. (rew)