Tissue kini menjadi suatu kebutuhan keseharian. Tissue dapat digunakan untuk membersihkan kotoran pada tangan maupun wajah. Selain hal tersebut, tissue juga ada di setiap rumah, toilet maupun warung makan. Pentingnya kertas tissue tersebut mengakibatkan jumlah produksi tissue semakin meningkat. Bahan dasar pembuatan kertas tissue adalah kayu pohon. Menurut data produksi, untuk menghasilkan 20 sheet tissue atau satu bungkus kertas tissue memerlukan satu pohon. Jika rata-rata manusia menggunakan satu bungkus kertas tissue per hari, dalam satu hari tiga puluh orang telah menghancurkan tiga puluh pohon. Jika hal tersebut tetap dibiarkan, global warming akan semakin mengancam keberadaan manusia di bumi.
Untuk itu diperlukan bahan dasar lain yang ramah lingkungan untuk memroduksi kertas tissue. Untuk itu sekelompok mahasiswa UNY yaitu Nuraini Fauziah dan Exwan Andriyan Verrysaputro (dari Prodi Pendidikan Bahasa Jawa), Andina Puspita (dari Prodi Pendidikan Kerajinan), serta Novita Isti Khomah (dari Prodi Pendidikan Fisika) membuat tissue aromaterapi dari limbah ampas tebu. Menurut Nuraini Fauziah selama ini ampas tebu hanya dibakar atau hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam memasak.
“Tissue limbah ampas tebu ini sehat dan ramah lingkungan,” kata Nuraini Fauziah. “Kami mengambil bahan dasar limbah ampas tebu karena terinspirasi dari banyaknya ampas tebu yang tidak dimanfaatkan.” Mereka menamakan tissue ini “Upik Abu” yang merupakan singkatan dari “Untuk Penyelamat Bumi Kita Terbuat dari Ampas Tebu”.
Exwan Andriyan Verrysaputro menambahkan bahwa tissue ini dibuat dalam 2 jenis yaitu tissue kasar yang digunakan untuk rumah makan cenderung harga yang lebih murah, sedangkan tissue halus yang digunakan di rumah, keperluan pribadi, toilet, kecantikan atau salon dan untuk bayi harganya cenderung lebih mahal. “Upik Abu memiliki empat varian produk,” kata Exwan Andriyan Verrysaputro. “Tissue wajah ukuran besar, tissue wajah ukuran sedang, tissue gulung dan tissue makan.”
Dengan harga yang bervariatif dan relatif lebih murah dari tissue-tissue yang dijual di pasaran, tissue wajah besar dijual dengan harga Rp 7.000,00, tissue wajah sedang dijual dengan harga Rp 4.000,00, tissue gulung dijual dengan harga Rp 3.500,00 dan tissue makan dijual dengan harga Rp 3.000,00.
Cara pembuatannya, seperti diutarakan Andina Puspita, tahap pertama ampas tebu dibersihkan dengan cara merendam air panas, kemudian diaduk sampai bersih dan direndam kembali. Setelah selesai baru dikeringkan. “Ini merupakan tahap persiapan” katanya. Tahap pembuatan tissue dimulai dari menghilangkan empulu dengan cara menumbuk ampas tebu sampai tinggal seratnya.
Kemudian tumbukan ampas tebu tersebut dimasak menggunakan asam asetat dan air. Setelah proses pemasakan selesai lalu dicuci menggunakan air besih agar kandungan asam asetat dalam ampas tebu tersebut habis. Tahap selanjutnya memisahkan serat mandiri ampas tebu menjadi serat serat halus yang dilakukan dengan cara disintegrasi, lalu serat halus ampas tebu disaring dan dikeringkan.
Dari sini kemudian serat halus ampas tebu dibuat lembaran kertas tissue dengan memperhatikan ketebalannya. Langkah terakhir ditambahkan parfum sebagai aromaterapi. Selain itu tissue Aroma Terapi “Upik Abu” juga dibuat dengan aroma-aroma tertentu seperti buah sehingga menambah kesegaran ketika tissue ini digunakan. “Harapan ke depan, dengan adanya Upik Abu akan menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk berinovasi dan berwirausaha. Selain itu, kami berharap Upik Abu menjadi brand tissue yang terkenal dan akan kami patenkan,” tutup Andina Puspita. (dedy)