Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

SCHOTEL DARI TEMPE KORO BENGUK

$
0
0

Keanekaragaman hayati Indonesia menjadikan negara ini memiliki kekayaan kuliner yang sangat beragam. Komoditas lokal yang diolah menjadi makanan tertentu dapat meningkatkan gengsi bahan makanan tersebut. Salah satu komoditas lokal tersebut adalah tanaman kacang koro benguk (Mucuna Pruriens L.). Selama ini warga baru memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan tempe, padahal kandungan gizinya tidak kalah dengan kacang kedelai. Sayangnya nilai jual tempe koro benguk sendiri masih kalah jauh dengan tempe kedelai karena kebanyakan orang masih memandang dengan sebelah mata. Hal ini tidak lain karena masih minimnya jenis makanan berbahan dasar koro benguk ini.

Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi bisnis kuliner baru berbahan dasar koro benguk. Selain untuk mengangkat perekonomian para petani dengan mendongkrak nilai jual koro benguk, bisnis ini juga akan memberikan alternatif menu yang murah, sehat serta enak. Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta menciptakan produk kuliner berupa masakan berbahan koro benguk yang memiliki nilai gizi cukup serta nilai jual yang tinggi. Mereka adalah Dwi Endah Suryaningtyas dari Prodi Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik, Arum Sari dari Prodi Biologi Fakultas MIPA dan Dwi Sri Wahyu Amalika dari Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni, yang membuat schotel dari tempe koro benguk. Schotel atau schaal berarti hidangan, berasal dari bahasa Belanda. Yang cukup terkenal di Indonesia adalah macaroni schotel yang terbuat dari makaroni panggang dan diberi topping keju atau daging sapi.

Menurut Dwi Endah Suryaningtyas, mengkonsumsi junk food yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, obesitas, dan penyakit stroke. “Untuk mencegah hal itu, kebiasaan masyarakat harus diubah dengan menikmati makanan yang berasal dari bahan makanan alami yang segar,” kata Dwi. “Inilah sebabnya kami buat makanan berbahan dasar tempe koro benguk.”

Arum Sari menambahkan bahwa koro benguk mengandung energi sebesar 332 kilokalori, protein 24 gram, karbohidrat 55 gram, lemak 3 gram, kalsium 130 miligram, fosfor 200 miligram, dan zat besi 2 miligram.  Selain itu, di dalam koro benguk juga terkandung vitamin A sebanyak 70 IU dan vitamin B1 0,3 miligram.

Cara pembuatan schotel koro benguk dijelaskan oleh Dwi Sri Wahyu Amalika. “Bahan yang diperlukan adalah koro benguk, daging cincang, keju edamer, keju parut, susu, telur, garam, merica dan margarin” katanya. Keju edamer adalah salah satu jenis keju tua yang berasal dari negeri Belanda. Warnanya kuning terang, keras, dan dijual dalam bentuk bulat utuh atau potongan dengan lapisan lilin merah dengan kandungan lemak 40%. Keju ini lazim untuk campuran pembuatan kue kering cookies atau kaastengels.

Cara membuat schotel yaitu koro benguk pertama kali dimasak dengan cara steam lalu ditiriskan dan dicampur dengan telur ayam, daging cincang, keju edamer, susu cair, garam, lada, bubuk cabe, serta irisan bawang merah dan bawang putih. Inilah adonan dari schotel. Adonan ini lalu dituangkan dalam pinggan tahan panas yang telah diolesi margarin kemudian ditaburi keju parut dan dipanggang dalam oven. Setelah matang kemudian dikeluarkan dari oven dan diberi topping saus thousand island. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles