Desa Nomporejo merupakan desa yang sangat berpotensi untuk pertanian jika dilihat dari penggunaan lahannya yang sebagian besar digunakan untuk lahan persawahan. Hambatan yang kerap dialami dalam bercocok tanam adalah serangan hama tanaman seperti wereng dan keong sehingga petani melakukan penyemprotan dengan pestisida yang berdampak pada menurunnya kualitas tanah. Sampai saat ini, upaya perbaikan hanya terfokus pada usaha fisik (pencangkulan dan pembajakan) dan kimia (penampahan pupuk dan pestisida). Dengan kata lain, tidak banyak petani yang berupaya untuk memperbaiki kesuburan lahannya secara biologis.
Salah satu upaya dari tindak biologis tersebut dapat ditempuh dengan menambahkan mikroba bermanfaat. Dalam kesempatan ini, mahasiswa FMIPA dan FIP dari Universitas Negeri Yogyakarta mendapat dukungan dari Dikti untuk mengadakan program perbaikan tanah dengan konsep Healthy Field, Increase My Rice.
Healthy Field, Increase My Rice (HFIMR) merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-M) yang diusulkan oleh Nurul Hidayah, Mohamad Fajar Hariadi, Ratna Widyasari (Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA), Fatma Pratiwi, dan Reza Rivano (Jurusan PGSD FIP) dengan dosen pembimbing Evy Yulianti, M.Sc. Program ini berupa pendampingan kelompok binatani yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petani mengenai pengelolaan lahan melalui mikroba di desa Nomporejo, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
Program HFIMR juga menjalin kerjasama dengan BP3K kecamatan Galur, masyarakat daerah pelaksanaan, dan CV Sentra Chiptani Makmur. Alur pelaksanaan program HFIMR yaitu Seminar Program Healthy Field Increase My Rice; lalu cek pH. Setelah itu dilanjutkan untuk pendampingan pada penambahan C-organik yaitu untuk perbaikan struktur tanah, memberi pengertian tentang struktur tanah yang baik, dan memberikan arahan (tata cara) penambahan C-organik. Misalnya, kompos yang sudah ada dengan penambahan mikroba, dan fungsi penambahan mikroba.
Pendampingan pada penambahan mikroba bermanfaat yaitu memberi pengertian mikroba, manfaat mikroba terhadap kesuburan tanah, apa saja mikroba yang baik untuk pertanian, tata cara penambahan mikroba bermanfaat ke dalam tanah, serta cara perawatannya dan mengatasi penyakit tanaman. Setelah itu menganalisis jumlah perakaran dan peranakan pada tanaman padi.
Memberi pengertian tentang hama tanaman, dan arahan cara mengatasi hama tersebut. Pada tahap ini, mereka bekerja sama dengan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) sebagai badan yang menangani penyuluhan pertanian.
Program pendampingan petani ini, berjalan hingga tahap masa panen. Nurul sebagai ketua pelaksana program menuturkan, “Program ini bertujuan untuk mengkondisikan sawah menjadi sehat dalam arti mempunyai keseimbangan antara fisik, kimia, dan biologis sehingga kesempatan untuk produktivitas dapat meningkat.”
“Program yang dilaksanakan sejak Januari 2014 ini berjalan dengan lancar dari seminar program hingga masa panen pada 17 Mei 2014. Terdapat perbedaan hasil panen dari masing-masing petani. Pada sawah milik petani yang diberi pendampingan dan juga aplikasi mikroba menghasilkan gabah 4 ons lebih banyak dibandingkan dengan sawah yang tidak diberi aplikasi mikroba, yaitu 7,5 kg per ubin (2,5m x 2,5m).”
Sebagai koordinator lapangan, Reza menambahkan, “Dengan adanya program pendampingan ini, diharapkan petani dapat lebih bijak dalam pengelolaan lahan, sehingga produktivitas meningkat tanpa merusak kualitas tanah.” Untuk keberlanjutan program Healthy Field Increase My Rice, telah dibentuk suatu kepengurusan yang terdiri dari petani di kelompok Binatani VI, Nomporejo, Galur, Kulon Progo. (witono)