“Kurikulum 2013 telah disiapkan sedemikian rupa, baik konsep, substansi, maupun langkah-langkah implementasinya. Kami sangat menyadari bahwa para wisudawan bidang kependidikan telah dibekali keutuhan materi untuk dapat meraih gelar sarjana, magister, dan doktor. Dengan bekal kompetensi yang telah dikuasai dan kecakapan adaptasi, kami sangat berharap bahwa Saudara-saudara semua dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin, sehingga dapat berpartisipasi secara optimal dalam pengawalan Kurikulum 2013. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika sosial mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat cepat, khususnya di era keterbukaan dan globalisasi dewasa ini. Untuk menjadikan upaya pendidikan dapat menunjukkan relevansi tinggi, kiranya substansi kurikulum dan metodologi pembelajaran perlu terus dijaga isinya, sehingga selalu up-to-date.”
Demikian dikatakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, dalam wisuda lulusan S3, S2, S1, dan S0 periode Februari 2013 di GOR UNY, Sabtu (23/2/2013). Lebih lanjut, Rochmat mengingatkan tahun 2015 Indonesia akan masuk dalam era masyarakat ASEAN 2015. “Suatu slogan yang sekaligus prinsip masyarakat ASEAN 2015 adalah One Vision, One Identity, One Community,” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. “Hal ini menggambarkan bahwa pada 2015 kita harus siap menjadi satu komunitas ASEAN yang memiliki satu visi dan satu identitas. Karena itulah kondisi ini memberikan kemungkinan mobilitas warga ASEAN menjadi lebih bebas dan leluasa dalam satu wilayah ASEAN, bahkan dalam beberapa aspek kebebasan mobilitas dapat terjadi di luar ASEAN.”
Lebih lanjut Rektor UNY mengatakan bahwa tidak ada alasan lagi untuk menutup diri terhadap warga negara lain yang berada dalam wilayah ASEAN untuk memasuki Indonesia atau sebaliknya. Karena itu warga Indonesia sebagai warga masyarakat ASEAN memiliki kebebasan untuk melakukan mobilitas di wilayah ASEAN. Dalam situasi seperti ini, sangatlah diperlukan kemampuan kompetitif pada diri kita. Untuk itu para wisudawan seharusnya mempersiapkan diri, tidak saja meningkatkan kompetensi dan kemampuan kreatifnya, melainkan juga kecakapan berkomunikasi dengan menguasai minimal satu bahasa internasional.
Wisudawan/wisudawati pada periode Februari 2013 ini sebanyak 1403 orang dengan rincian sebagai berikut: 7 orang S3, 87 orang S2, 1058 orang S1-Kependidikan, 178 orang S1 Non-kependidikan, dan 73 orang Diploma Non-kependidikan. Peraih predikat cum laude sebanyak 132 orang, yang terdiri atas: PPs sebanyak 18 orang, FIP sebanyak 22 orang, FMIPA sebanyak 12 orang, FBS sebanyak 34 orang, FIS sebanyak 15 orang, FT sebanyak 16 orang, FIK sebanyak 3 orang, dan FE sebanyak 12 orang.
Nilai tertinggi wisudawan diraih oleh Dr. Rukiyati dengan IPK 3,81 (jenjang S3 Prodi Ilmu Pendidikan), Dina Rustiningsih, M.Pd. dengan IPK 3,94 (jenjang S2 Prodi Pendidikan Sains), Dwi Sumarti, S.Pd. dengan IPK 3,81 (jenjang S1 Prodi PGSD), dan Yoga Karniajihari Salehaziz, A.Md.Pas dengan IPK 3,48 (jenjang D3 Prodi Pemasaran). Lulusan tercepat diraih Yani Octavia, S.Pd. dengan IPK 3,71 (jenjang S1 Prodi Fisika) yang menempuh studinya dalam waktu 3 tahun 4 bulan. Sementara lulusan termuda adalah Muchammad Bayu Tejo Sampurno, S.Pd. dengan IPK 3,52 (jenjang S1 Prodi Pendidikan Seni Rupa) yang lahir 7 November 1992 pada usia 20 tahun 3 bulan.
Sambutan dari perwakilan mahasiswa disampaikan oleh Dwi Sumarti dari Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Peraih cum laude dengan IP 3,81 tersebut mengatakan bahwa bukan sesuatu yang mudah untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat selama kuliah. Selain ilmu, bekal-bekal yang harus dibawa adalah kejujuran, loyalitas, pantang menyerah, rendah hati, manajemen emosi, dan mental yang sekuat baja.
“Nilai yang tinggi bukanlah syarat mutlak yang menjamin kita mampu bekerja di atas rata-rata tanpa memiliki life skill,” kata Dwi Sumarti. “Kita akan tahu seberapa besar ilmu yang kita dapatkan di kampus berkorelasi dengan kehidupan sebenarnya yang akan kita jalani. Ini juga merupakan laboratorium dan sekolah yang luar biasa untuk mendewasakan dan membentuk kita menjadi manusia yang sesungguhnya,” tutup Dwi. (Dedy)