Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

MENGAJAR DI MENTARANG HULU

$
0
0

Di pedalaman Malinau Kalimantan Utara, banyak sekali realita pendidikan yang ditemui oleh Amin Fitriyah. Guru SM3T UNY tersebut menemukan bahwa ada siswa yang sudah duduk di bangku SMP namun masih belum bisa membaca dan masih mengeja. Jangankan matematika, perhitungan dasar juga masih banyak yang belum bisa. Guru dan tenaga pengajar profesional sangatlah kurang di sekolah ini, banyak guru PNS yang jarang masuk dan yang mampu bertahan untuk mengajar hanyalah guru kontrak dan guru honorer. Letak sekolah yang berada di hulu sungai Mentarang, di atas bukit di Mentarang Hulu, menjadikan transportasi untuk menuju daerah ini cukup sulit. Hanya ada perahu kayu seperti Longboat dan Ketinting. Tidak ada jalan darat, tidak ada mobil atau bis, bahkan motor pun hanya ada 2 atau 3 yang dimiliki oleh petugas kecamatan. “Terbatasnya akses menuju lokasi ini menjadikan hanya sedikit jumlah penduduk yang tinggal di sini” kata Amin Fitriyah.

Alumni Prodi Pendidikan Geografi FIS UNY tersebut mengajar di SMPN 1 Mentarang Hulu desa Long Berang Kecamatan Mentarang Hulu kabupaten Malinau. Pemandangan miris terjadi hampir tiap hari di mana anak-anak selalu memperoleh bentakan bahkan pukulan dengan kayu penggaris maupun kayu rotan sebagai hukuman fisik masih sering diterapkan di sekolah ini. Anak-anak selalu diceramahi soal kedisiplinan namun guru-guru yang ada di sini jarang sekali untuk bisa disiplin mengajar, sangat ironis memang.

“Selain itu, cara pengajaran yang diterapkan oleh guru-guru di sini sangat monoton dan kurang berkembang,” kata Amin Fitriyah. “Tidak ada media yang menarik yang dapat guru sampaikan.” Guru-guru masuk kelas untuk mau mengajar itu sudah merupakan nilai plus, jadi bentuk ngajarnya seperti apa itu sudah nomor dua. Siswa paham dengan materi yang disampaikan ataupun tidak itu bukan menjadi suatu alasan demi tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Belajar menjadi suatu hal yang menakutkan di kelas dan pasti terasa membosankan bagi siswa.

Untuk itu warga dusun Panjang Panjangrejo Pundong Bantul tersebut mencoba mengubah metode cara penyampaian belajar dengan fun learning yang lebih menyenangkan. Metode yang digunakannya adalah memberikan beberapa ice breaking di setiap kelas yang diampu agar siswa merasa senang dan tidak bosan. Menurutnya, kesukaannya mengajar karena bisa sharing berbagai ilmu dan transfer knowledge maupun transfer value. “Mengajar bagi saya adalah sebuah panggilan hati,” katanya. “Saya selalu memotivasi mereka untuk terus berani bermimpi dan menggapai cita-cita setinggi mungkin.”  Walaupun mereka adalah anak-anak yang lahir di daerah pedalaman tapi mereka memiliki kesempatan sama untuk memiliki mimpi-mimpi dan meraihnya.

Berbagi pengalaman, belajar bersama, dan bersosialisasi bahkan menjadi bagian dari keluarga mereka adalah pengalaman menarik tak terlupakan. “Di pedalaman desa Long Berang ini saya bersyukur,” kata Amin Fitriyah, “walaupun dengan segala keterbatasan akses transportasi, listrik, dan bahan kebutuhan logistik, namun saya merasakan kebahagiaan bersama masyarakat suku Dayak Lundayeh di sini.” Mengenal budaya dan tradisi masyarakat yang ada, belajar bahasa mereka, dan bernyanyi lagu daerah dengan mereka menjadi suatu hal yang menyenangkan. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles