Adil tidak berarti sama rata. Adil lebih dekat artinya dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mengenakan sepatu di kaki dan topi di kepala itu berarti adil. Sementara zalim berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sepatu dipakai di kepala, topi dikenakan di kaki, ini adalah perbuatan zalim. Padahal, jika ada orang yang zalim di antara kita, siksa Allah mungkin saja akan turun dan menimpa mereka, tidak saja yang zalim, tetapi juga yang tidak tahu apa-apa. Demikian sebagian paparan Ustadz Drs. Masyhuri dalam acara pengajian keluarga Fakultas Ekonomi (FE) UNY, bertempat di kediaman Drs. Sudaryanto, M.Si., Tamanan, Banguntapan, Bantul, Ahad (11/5/2014).
Acara ini diikuti lebih dari 50 dosen, karyawan, serta mahasiswa beserta keluarga. Selain itu, jajaran dekan juga turut hadir membersamai para hadirin di rumah yang berarsitektur Jawa tersebut. Acara ini rutin diadakan untuk memberikan siraman rohani. “Meskipun FE sedang banyak kegiatan, alhamdulillah kita masih bisa menyempatkan untuk datang kemari. Semoga siraman rohani ini bisa menyegarkan kembali jiwa kita untuk beraktivitas keesokan harinya,” ucap Dekan Dr. Sugiharsono, M.Si.
Dalam berinteraksi dengan keluarga harus ada pedoman. Bagi seorang muslim, tentu Al Quran adalah pedoman terbaik. “Quu anfusakum wa ahlikum naaroo,” kata Masyhuri. “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Jika di dalam rumah suatu keluarga terbiasa dibacakan Al Quran, akan ada malaikat yang mendoakan kebaikan,” tambahnya.
“Jika kita memiliki kebiasaan membaca Al Quran, tadabbur terhadap arti dan tafsirnya, setiap satu hurufnya akan diganti dengan 10 malaikat yang mendoakan kita. Malaikat-malaikat itu akan mendoakan penghuni rumah diberikan barokah, rizqi yang tak terduga, diberi anak-anak yang sholih-sholihah, dan dijauhkan dari neraka jahannam,” katanya.
“Ketika anak bandel dengan kita, bisa jadi karena amalan kita yang kurang baik, Al Quran yang tidak dibaca, atau dosa yang kita perbuat,” lanjut ustadz lulusan Gontor ini.
“Dalam surat Al Anfaal ayat 25, kita diperintahkan untuk takut dan berhati-hati terhadap siksaan Allah yang menimpa tidak hanya orang-orang zalim di antara kita. Artinya, siksaan Allah tersebut akan merata kepada semuanya diakibatkan perbuatan orang yang zalim di antara mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu tawashau bil haqqi, dan tawashau bish shobri,” pesannya. (fadhli)