Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman suku dan budaya. Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah berbeda satu sama lain dan memiliki ciri khas masing-masing daerah. Kebudayaan daerah yang menjadi ciri khas kemajemukan kebudayaan nasional ini patut dilestarikan keberadaannya oleh segenap lapisan masyarakat. Banyak budaya lokal yang dapat dijadikan pembelajaran bagi manusia untuk menumbuhkan budi pekerti yang luhur sesuai dengan kepribadian bangsa. Salah satu kesenian yang dapat mendukung sebagai media pembelajaran untuk menanamkan budi pekerti sebagai wujud pembentukan karakter adalah wayang kulit.
Wayang kulit merupakan sebuah kesenian tradisional Jawa yang kaya akan pesan pendidikan dan nilai moral serta spiritual dalam kehidupan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, kebudayaan dan tradisi daerah mulai luntur dan semakin banyak ditinggalkan. Secara komersial pertunjukan music band memang lebih menarik, namun pertunjukan kebudayaan seperti wayang juga harus dipertahankan. Wayang juga perlu didalami oleh generasi muda supaya tidak diklaim oleh negara lain. Oleh karena itu, diperlukan inovasi media pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk mempelajari wayang.
Mahasiswa PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta merancang puzzle wayang berbasis Macromedia Flash dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas V Sekolah Dasar sebagai bentuk media pembelajaran multimedia. Diharapkan dengan puzzle wayang ini siswa mau mempelajari wayang dengan senang hati. Annisa Nurul Islami, Mu’alim Santosa, Listyaningrum, dan Akhmad Rofii’ Uddiin menciptakan puzzle wayang ini karena selain siswa SD memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, juga mudah tertarik perhatiannya oleh hal-hal yang belum mereka kenal sebelumnya.
Menurut Annisa Nurul Islami, penggunaan wayang sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, seperti acceptable, timeless, serta praktis dan efisien. “Acceptable karena wayang merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa,” kata Annisa. “Wayang juga tak lekang oleh waktu, membuat wayang sebagai media pembelajaran karakter dapat digunakan secara turun temurun dari generasi ke generasi.”
Listyaningrum menambahkan bahwa puzzle wayang adalah permainan menyusun gambar wayang yang dikemas dalam suatu aplikasi. “Dalam permainan ini kita harus menyusun keping-keping gambar yang teracak sampai menjadi gambar utuh berbentuk wayang,” kata Listyaningrum, “jika susunan puzzle benar maka akan keluar biografi singkat wayang yang kita susun tersebut.”
Permainan ini merupakan pengembangan media pembelajaran dalam bentuk puzzle yang menggunakan teknologi Macromedia Flash dengan menggunakan konsep “bermain sambil belajar” yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia Sekolah Dasar. Kelebihan dari Puzzle Wayang berbasis Macromedia Flash adalah mempermudah interaksi antara anak dengan materi maupun anak dengan guru, meminimalisir kejenuhan anak terhadap pelajaran bahasa Jawa, serta mengenalkan anak pada teknologi ICT.
Menurut Mu’alim Santosa, puzzle wayang ini terdiri dari beberapa slide. Pertama adalah Slide Opening yang dibuat interaktif dengan menggunakan bahasa Jawa dan layout yang menarik, kemudian Slide Home yang berisi halaman utama dari media pembelajaran puzzle wayang. Slide berikutnya adalah aturan main yang berisi tentang aturan main agar memudahkan siswa dalam bermain. “Pada puzzle ini kami juga menyisipkan slide wayang yang berisi tentang semua gambar wayang yang dapat dimainkan oleh siswa,” kata Mu’alim “sehingga memungkinkan siswa untuk memilih sendiri gambar mana yang akan ia selesaikan terlebih dahulu, sekaligus mengenalkan tokoh wayang.”
Slide utama adalah slide puzzle yang harus diselesaikan siswa. Puzzle terdiri dari 15 potongan yang harus disusun agar membentuk sebuah gambar wayang. Pada penyusunan puzzle, anak diberikan waktu 60 detik untuk menyelesaikannya. Jika anak dapat menyelesaikannya maka akan muncul biografi dari tokoh yang telah mereka susun. Apabila gagal maka akan muncul nilai yang mereka peroleh dan pilihan untuk mengulangnya kembali. Penutupnya adalah Slide Hasil yang menampilkan jumlah skor dari jawaban siswa, dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100. (dedy)