Kehidupan sebagai manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat memisahkan diri dengan tanpa berinteraksi dengan sesama manusia atau lingkungannya. Interaksi membuat manusia terus bergerak, berkembang, dan bertahan untuk dapat mengikuti kehidupan yang ada. Maka dari itu, sangat intens untuk diperhatikan bagaimana mengembangkan kemampuan interaksi tersebut. Interaksi sosial mengalami kesenjangan atau ketidakselarasan pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhannya.
Anak berkebutuhan khusus sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan interaksi sosial, mereka tidak berkembang secara optimal bahkan di antaranya menjadi menurun akibat dari gangguan yang bersumber pada keterbatasannya. Gangguan kemampuan interaksi sosial yang paling menonjol dan dapat dikatakan sangat membutuhkan intervensi dini adalah gangguan interaksi yang dimiliki anak-anak dengan gangguan spektrum autis. Untuk itu sangat dibutuhkan media-media untuk membantu anak autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial yang sifatnya menyenangkan.
Terinspirasi dari permainan yang banyak digemari anak-anak yakni ular tangga, sekelompok mahasiswa dari Prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY merancang permainan ular tangga untuk anak autis. Mereka adalah Ellif Lintang Alviana, Bayu Kurniawan, dan Muhamad Khaidir A. di bawah bimbingan dosen PLB Sukinah, M.Pd. Menurut Ellif Lintang Alviana, permainan ini melatihkan dan membiasakan anak autis untuk memperkenalkan diri dan menyapa orang lain sebagai awal dari diadakannya sebuah interaksi. “Sasaran utama adalah anak autis dengan kemampuan interaksi sosial yang masih rendah, sedikit, atau tidak sama sekali mengadakan kontak mata dengan orang lain,” kata Ellif. “Namun permainan ini juga dapat diterapkan pada anak yang masih belajar untuk meningkatkan kemampuan verbalnya dan belajar angka.”
Bayu Kurniawan menambahkan bahwa pemilihan media bagi anak berkebutuhan khusus terutama anak autis harus melihat pengguna sesuai dengan kemampuan pemain dengan syarat yang berlaku dari penggunaan media. “Sifat dari permainan ular tangga sendiri sangat universal dan mudah dimainkan, yang perlu di perhatikan adalah tema atau materi yang dipilih,” katanya.
Penggunaan media ini, jelas Muhamad Khaidir, tema atau materi dapat diubah tergantung dari tujuan pembelajaran. “Pembelajaran bisa digunakan dalam rangka memperkenalkan suatu konsep dan melatihkan anak untuk melakukan suatu kegiatan” katanya. Fokus tujuan pembelajaran dengan permainan ular tangga ini adalah meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autis dengan cara membiasakan diri anak untuk melakukan kontak pertama dengan orang lain seperti menyapa dan memperkenalkan diri.
Dalam permainan media ular tangga ini, dilakukan dengan menggunakan aturan permainan ular tangga pada umumnya. Pemain terdiri dari 1 guru dan 3 siswa autis. Pada papan permainan dibubuhkan 2 foto guru dan 9 foto siswa. Kotak yang terdapat ekor ular tidak diberikan foto. Kotak start diberikan tanda arah jalannya bidak dan kotak finish ditandai dengan gambar trophy. Permainan dimulai dengan menentukan giliran bermain. Penentuan dilakukan dengan melempar dadu pada tiap pemain. Bagi tiap pemain yang mendapatkan angka lebih besar (1—6) maka akan bermain terlebih dahulu.
Pemain melempar dadu dan menjalankan bidaknya pada papan permainan. Apabila bidak berhenti, pemain harus menyapa dan berkenalan pada pemain lain sesuai dengan foto yang tertera pada tempat bidak berhenti. Apabila bertemu dengan ekor ular, maka pemain menurunkan bidaknya hingga kepala ular dan bila ada foto guru atau siswa maka pemain juga wajib menyapanya. Apabila bertemu dengan tangga, pemain menaikkan bidaknya dan menyapa pemain yang fotonya ada di bawah dan ujung tangga. Pemain yang mendapat kotak dengan fotonya sendiri maka pemain dibebas tugaskan dan jika ada pemain yang mencapai kotak trophy maka semua pemain bersama-sama menyanyi sesuai tema permainan saat itu. (dedy)